Anak-anak yang kecanduan bermain video game sering kali menghabiskan sebagian besar waktu mereka sendiri, tanpa berinteraksi dengan keluarga atau teman sebaya.
Mereka cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dari biasanya untuk bermain, yang dapat berdampak buruk secara fisik maupun mental karena sering memaksakan diri bermain meskipun sudah merasa lelah.
Kondisi ini dikenal sebagai Internet Gaming Disorder, yang telah dimasukkan ke dalam DSM-5 sejak 2013.
Penanganan terhadap kecanduan video game pada anak masih dalam proses evaluasi, tetapi terdapat bukti bahwa terapi perilaku kognitif (CBT) efektif dalam membantu mereka.
CBT melibatkan edukasi tentang manfaat dan risiko bermain video game serta teknik untuk mengatasi keinginan dan tekanan untuk terus bermain. Psikoterapi, seperti yang ditawarkan di Cleveland Clinic, merupakan pilihan utama untuk mengatasi masalah ini.
CBT adalah pendekatan terstruktur yang bertujuan untuk membantu anak memahami hubungan antara pikiran, emosi, dan perilaku mereka terkait video game. Melalui terapi ini, mereka dapat belajar mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang terkait dengan permainan tersebut.
Selain CBT, terapi kelompok juga dapat efektif, di mana anak-anak dapat mendapatkan dukungan dan motivasi dari sesama yang mengalami hal serupa. Penting untuk diingat bahwa kecanduan video game tidak hanya ditentukan oleh lamanya waktu bermain, tetapi juga oleh dampaknya terhadap kehidupan sosial dan kesejahteraan anak.
Untuk mencegah kecanduan video game, disarankan untuk membatasi waktu bermain, seperti maksimal 40 menit per hari pada hari sekolah dan tidak lebih dari satu jam per hari pada akhir pekan.
Konsistensi dalam penerapan batasan ini penting, bahkan jika anak tidak bermain selama beberapa waktu, untuk mencegah kebiasaan bermain berlebihan yang berpotensi berkembang menjadi adiksi.(*/afr)
Komentar0